Daftar Isi
Pemberlakuan prinsip-prinsip tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari seringkali dianggap sebagai perjalanan spiritual yang penuh pengorbanan. Orang yang bertaqlid, yang menjadi penganut setia dan patuh terhadap ajaran agama, adalah inti dari beberapa kelompok masyarakat. Namun, apakah kita benar-benar memahami makna dan konsekuensi dari menjadi seseorang yang bertaqlid?
Menurut definisi sederhana, orang yang bertaqlid adalah mereka yang mengikuti dan mematuhi ajaran dari seorang tokoh atau lembaga yang dianggap memiliki pengetahuan dan otoritas dalam hal agama. Pada dasarnya, mereka mempercayakan petunjuk dan keputusan keagamaan pada orang yang mereka anggap lebih berpengetahuan dibandingkan dengan diri mereka sendiri.
Saat berbicara tentang bertaqlid, beberapa tokoh seperti ulama, ayatollah, atau tokoh agama lainnya mungkin akan terlintas dalam pikiran kita. Mereka adalah sosok yang memiliki wawasan dan pemahaman yang mendalam tentang segala hal terkait agama dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan manusia.
Namun, menjadi sosok yang bertaqlid bukan berarti kehilangan potensi kritis kita sebagai individu. Banyak yang salah mengartikan bahwa bertaqlid berarti menyerah sepenuhnya pada otoritas, tanpa keterlibatan aktif dalam mempelajari dan mencari pemahaman yang lebih mendalam mengenai prinsip-prinsip agama yang dianut.
Bertaqlid bukanlah sebuah pernyataan menyerah, melainkan merupakan tindakan bijak untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam. Dalam kenyataannya, bertaqlid memungkinkan seseorang untuk menjelajahi dan memahami agama dengan lebih mendalam melalui pandangan orang yang dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas.
Makna sebenarnya dari menjadi orang yang bertaqlid adalah menumbuhkan sikap rendah hati dan mau belajar. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, tak selamanya kita memiliki waktu dan sumber daya yang cukup untuk mencari pengetahuan secara mandiri dalam setiap aspek keagamaan. Oleh karena itu, bertaqlid menjadi pilihan yang bijaksana, karena kita membutuhkan pembimbingan dan arahan dalam menghadapi tantangan hidup kita.
Sebagai individu yang bertaqlid, kita masih memiliki tanggung jawab untuk tetap bertanya dan mencari pemahaman lebih dalam. Ini mencakup memahami prinsip-prinsip agama yang dianut, bertanya pada tokoh-tokoh otoritatif ketika kita menghadapi ketidakjelasan, dan menggali pengetahuan kita dalam tuntunan agama untuk tetap berpegang pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan.
Mengingat makna penting dari menjadi orang yang bertaqlid dalam konteks kehidupan sehari-hari, tak heran jika hal ini menjadi fokus perdebatan bagi beberapa orang. Namun, kita perlu menjaga keseimbangan antara ketundukan dan pemahaman yang mendalam terhadap agama kita. Dengan cara ini, kita dapat meraih manfaat spiritual dan kedamaian batin tanpa mengabaikan nalar akal sehat.
Jadi, mari kita pahami bahwa menjadi orang yang bertaqlid adalah tentang memahami makna kepatuhan. Ini bukanlah sesuatu yang membatasi diri kita, melainkan suatu peluang untuk membentuk sikap rendah hati, belajar, dan memperkaya pemahaman kita tentang agama yang kita anut.
Apa Itu Orang yang Bertaqlid?
Orang yang bertaqlid merupakan seseorang yang mengikuti dan mengambil pedoman dari seorang mujtahid dalam menjalankan ibadah-ibadahnya. Istilah “bertaqlid” sendiri berasal dari bahasa Arab, yang secara harfiah berarti “mengikuti” atau “menerima”. Dalam konteks agama Islam, orang yang bertaqlid adalah individu yang mengikuti hukum-hukum agama yang telah ditetapkan oleh seorang mujtahid.
Siapa Mujtahid?
Mujtahid adalah seorang ahli hukum Islam yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang Al-Quran, Hadis, dan juga prinsip-prinsip hukum Islam. Mujtahid memiliki kemampuan untuk memahami, menafsirkan, dan mengeluarkan hukum-hukum agama Islam berdasarkan sumber-sumber tersebut.
Proses menjadi mujtahid tidaklah mudah. Seorang calon mujtahid harus menjalani pendidikan yang panjang dan intensif, yang mencakup mempelajari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu Al-Quran, Hadis, tafsir, fiqh, usul fiqh, dan lain sebagainya. Setelah menyelesaikan pendidikan ini, seorang mujtahid akan mendapatkan otoritas untuk membuat keputusan hukum agama yang mengikat bagi para mukallaf (orang-orang yang diwajibkan menjalankan hukum agama Islam).
Cara Orang yang Bertaqlid
Orang yang bertaqlid mengikuti metode yang telah ditetapkan oleh mujtahid dalam menjalankan ibadah-ibadahnya. Berikut adalah beberapa langkah yang diambil oleh orang yang bertaqlid dalam menjalankan pedoman agama:
1. Mencari Mujtahid
Langkah pertama bagi seseorang yang ingin bertaqlid adalah mencari mujtahid yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam menjalankan ibadah. Pemilihan mujtahid harus dilakukan dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan kualifikasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh mujtahid tersebut.
2. Menerima Pendapat Mujtahid
Setelah menemukan mujtahid yang dipercaya, langkah selanjutnya adalah menerima pendapat mujtahid tersebut sebagai pedoman dalam menjalankan ibadah. Orang yang bertaqlid harus memahami dan mengikuti hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh mujtahid yang dipilihnya.
3. Mengikuti Fatwa Mujtahid
Mujtahid memiliki kemampuan untuk mengeluarkan fatwa atau pendapat hukum yang mengikat bagi para pengikutnya. Seorang yang bertaqlid harus mengikuti fatwa-fatwa tersebut dalam menjalankan ibadah sehari-hari.
FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Bagaimana jika pendapat mujtahid berbeda dalam sebuah masalah agama?
Jika terdapat perbedaan pendapat di antara mujtahid dalam sebuah masalah agama, orang yang bertaqlid diminta untuk mengikuti pendapat mujtahid yang dipercayainya. Pemahaman dan tafsiran agama dapat berbeda antara satu mujtahid dengan mujtahid yang lainnya, namun semua mujtahid adalah ahli dalam bidangnya dan dapat dijadikan rujukan dalam menjalankan ibadah.
2. Apakah orang yang bertaqlid tidak boleh berpikir secara mandiri?
Seorang yang bertaqlid tidak berarti tidak boleh berpikir secara mandiri. Bagi orang awam yang tidak memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hukum agama Islam, bertaqlid adalah pilihan yang bijak untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama. Namun, bertaqlid bukan berarti mengabaikan akal sehat. Jika ada masalah atau situasi khusus, orang yang bertaqlid masih memiliki kewajiban untuk berpikir dan meminta nasihat kepada mujtahid.
3. Apakah setiap orang harus bertaqlid kepada seorang mujtahid?
Tidak semua orang harus bertaqlid kepada seorang mujtahid. Orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami serta menafsirkan sumber-sumber hukum Islam secara langsung dapat menjalankan ibadah berdasarkan pemahaman pribadinya. Namun, untuk sebagian besar umat Muslim yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai, bertaqlid merupakan pilihan yang lebih aman dan bijak dalam menjalankan agama.
Kesimpulan
Mungkin sebagian orang merasa bahwa bertaqlid kepada seorang mujtahid terkesan sebagai tindakan “membutakan” diri. Namun, hal tersebut sebenarnya merupakan langkah yang bijak untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama. Menjadi orang yang bertaqlid berarti menempatkan kepercayaan kepada seorang ahli hukum agama Islam yang memiliki pengetahuan yang mendalam dalam bidangnya. Dengan demikian, orang yang bertaqlid dapat menjalankan ibadah dengan keyakinan dan kepastian, serta menghindari kesalahan dalam menjalankan ajaran agama.
Jadi, jika Anda ingin memastikan bahwa ibadah-ibadah Anda dilakukan dengan benar dan sesuai dengan ajaran agama, menjadi orang yang bertaqlid adalah pilihan yang tepat. Carilah mujtahid yang dapat Anda percaya dan ikuti pedoman yang telah ditetapkan olehnya. Dengan menjadi orang yang bertaqlid, Anda akan mendapatkan kepastian dan ketenangan hati dalam menjalankan ibadah Anda.