Daftar Isi
Sebelum kamu memutuskan untuk menjalani karir sebagai jurnalis, pastikan kamu mengetahui syarat-syarat kerja untuk menjadi seorang jurnalis. Berdasarkan buku yang berjudul Catatan-catatan Jurnalisme Dasar yang dirancang oleh Luwi Ishwara, ini dia tiga syarat kerja untuk bisa menjadi seorang jurnalis:
-
Tahu yang Menarik
Demi mendapatkan berita yang laku untuk dikonsumsi publik, seorang jurnalis harus mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai konsumennya. Langkah awal yang dilakukan adalah seorang Pemimpin Redaksi (Pemred) harus bisa menentukan tema berita yang akan diambil. Jurnalis dapat membantu untuk mengecilkan tema tersebut dengan mencari topik-topik yang menarik namun tetap penting. Mereka harus mencari poin-poin yang dramatis, luar biasa, dan unik sehingga antara satu berita dari satu media berbeda dengan berita dari media yang lain. Dengan demikian, para jurnalis yang mengeksekusi tema tersebut bisa lebih mudah mengejar sumbernya karena sudah tahu guideline yang telah ditentukan.
-
Selalu Ingin Tahu
Ibarat anak yang masih berusia dini, seorang jurnalis harus selalu memiliki rasa ingin tahu dan mempertanyakan segala hal. Dengan begitu, muncul lah rumus 5W + 1H yang tersohor dikalangan para jurnalis, yaitu:
-
What (Apa)
Pertanyaan ini mendeskripsikan apa yang sedang, telah, dan akan terjadi. Contohnya saat demo 4 November 2016, peristiwa yang sedang terjadi adalah demo untuk mengusut kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
-
When (Kapan)
Jangan lupa untuk mencatat hari dan waktu saat peristiwa terjadi. Tidak menutup kemungkinan akan ada waktu yang disebutkan oleh sumber di luar peristiwa itu. Dalam kasus yang sama, untuk menjawab kapan demo tersebut berlangsung berarti adalah 4 November 2016.
-
Where (Di mana)
Pertanyaan Where biasanya berdampingan dengan pertanyaan When. Deskripsikan secara jelas juga di mana peristiwa tersebut terjadi. Misalnya, di mana Ahok diperiksa sebagai tersangka setelah terbukti bersalah dalam kasus penistaan agama, maka jawabannya adalah Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia.
-
Who (Siapa)
Penulisan nama sumber atau orang lain yang terlibat dalam berita itu sangat penting. Adalah sebuah kesalahan fatal apabila seorang jurnalis salah mengeja nama, terlebih untuk gelar nama. Biasanya untuk mengurangi kesalahan tersebut, jurnalis akan meminta kartu nama dari narasumber atau minta sumber menuliskan sendiri. Kesalahan ini contohnya kerap ditemui saat menuliskan nama panjang Ahok yang merupakan campuran ejaan lama dan baru, yaitu Basuki Tjahaja Purnama.
-
Why (Mengapa)
Pertanyaan ini menjawab alasan peristiwa tersebut terjadi. Tak lupa untuk mempertanyakan bagaimana solusi dari konflik tersebut. Untuk kasus yang sama, penyebab terjadinya demo 4 November adalah karena Ahok dituding menistakan agama Islam setelah berkata kepada publik ‘jangan mau dibohongi oleh Surat Al-Maidah’. Tapi jurnalis juga harus mengetahui dari sisi yang kontra dengan Ahok mengapa mereka bisa mengatakan bahwa Ahok menistakan agama mereka.
-
How (Bagaimana)
Pertanyaan ini bisa melebar ke arah yang lebih dalam dan dapat dimulai dengan pertanyaan “Bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi?” Setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut, jurnalis dapat mengembangkan pertanyaan ke mana saja.
Tapi rumus tersebut tidak berhenti sampai di situ. Sekarang, muncul satu jenis pertanyaan yang masih jarang disadari oleh para jurnalis. Ini lah pertanyaan tambahan tersebut, yaitu:
-
So What (Lalu Apa)
Ini adalah untuk menanyakan apa dampak yang muncul dari pertanyaan Why. Misalnya, apa resiko yang diterima Ahok dalam Pilkada DKI jika terbukti bersalah dalam kasus penistaan agama?
-
Mampu Observasi
Tentu saja ada syarat-syarat kerja untuk menjadi jurnalis yang lain. Namun, bagi Luwi Ishwara tiga syarat kerja tersebut merupakan yang paling penting. Jadi, pastikan kamu memiliki ketiga hal di atas tadi ya!